SEKOLAH SIAGA BENCANA

Kegiatan ini kita lakukakan pada SD Negeri 17 Banda Aceh dalam rangka Sosialisasi Sekolah Bencana sekaligus Simulasi Gempa Bumi

ULANG TAHUN AYOMI 2013

Peringatan Ulang Tahun Ayomi yang Ke enam, yang bertempat di lampuuk .

FISH FOR LIFE 5.0

13 Pemuda Malaysia Memotivasikan Anak Aceh di panti Nurul Huda desa Ajee Cut yang berlangsung selama 5 hari.

ULANG TAHUN KAVAN

Kavan Adalah sebuah komunitas Audio Visual atau Film di Aceh, yang diprakasai oleh anak-anak muda kreatif Acehm.

HARI ANAK INTERNASIONAL 2012

Kegiatan ini kita lakukan di Warung Kopi Haba cafe, sekaligus pengumuman pemenangan Lomba Photo Contes in Banda Aceh

Kamis, 17 September 2015

Di Melaka, Aceh Serasa Begitu Dekat



Teungku Helmi, SE
[ Pencinta Sejarah Perjuangan Aceh]
MELAKA merupakan daerah paling bersejarah dalam sejarah Malaysia dari 13 negeri yang ada di negara jiran Indonesia ini. Melaka memberikan kesan tersendiri bagi saya. Datang ke sini seakan saya masuk ke abad 16 saat Melaka mempunyai hubungan sangat erat dengan Kerajaan Aceh.

Kota Melaka yang memiliki moto “Melaka Bandarnya Bersejarah”, merupakan salah satu kota di Malaysia yang memiliki banyak bangunan tua peninggalan kolonial penjajah.

Banyak pula wisatawan yang menyukai hal-hal terkait sejarah Melaka, kota bersejarah di kawasan Asia Tenggara. Dikatakan bersejarah karena Melaka ini dulunya dijadikan pusat perdagangan menggunaka jalur perairan di Asia, terutama Asia Tengggara.

Sudah sejak dulu sering saya dengar Selat Melaka. Tapi baru kali inilah saya berkesempatan berkunjung ke Negeri Melaka yang jaraknya kurang lebih 100 km dari Airport Kuala Lumpur. Meski jauh, tapi peluang berkunjung ke Melaka tidak saya sia-siakan. Soalnya, di sini banyak hal yang bisa saya pelajari, terutama tentang sejarah. Negeri Melaka memang dikenal sebagai negeri bersejarah yang hampir sama dengan sejarah di masa Kesultanan Aceh tempo dulu, karena mereka juga pernah dijajah oleh Belanda dan Portugis.
Menariknya, masyarakat Melaka sangat respek terhadap orang Aceh. Buktinya, ketika saya memperkenalkan diri dari Aceh, mereka langsung appreciate dan menyambut hangat, seolah pertemuan dengan sahabat yang sudah lama tak bersua.

Berdasarkan yang saya pelajari, dekatnya hubungan Aceh dengan Melaka tidak terlepas dari peran Portugis yang berusaha menguasai negeri-negeri Islam di kawasan timur ketika itu. Hubungan Aceh-Melaka terus berlangsung hingga hari ini, sehingga boleh dikata: orang Aceh dan orang Melayu Malaysia memiliki hubungan batin yang dekat.


Hari saat saya berkunjung ke Melaka ini, hubungan batin itu kembali menunjukkan wujudnya. Ditemani dua orang, Ashman dan Ijam, putra daerah setempat yang baru pulang cuti panjang dari pendidikannya di Irlandia, saya mendapatkan lebih banyak informasi penting tentang Melaka.

Karena mereka tahu saya berasal dari Aceh, lalu dengan penuh semangat Ashman dan Ijam bercerita banyak tentang sejarah Melaka kepada saya. Tak cuma itu, mereka juga membawa saya mengelilingi tempat-tempat bersejarah untuk menemukan jejak Aceh di Melaka, tepatnya di Melaka Sentral Bersejarah.
Kami menuju Bangunan Merah atau yang dikenal juga dengan nama Stadthys, ikon Melaka. Stadthys pada tahun 1650 merupakan kediaman Belanda.

Kemudian mereka bawa saya menuju Replika Istana Sultan Melaka. Sungguh, di dalam istana ini saya hampir menemukan sejarah yang persis sama kejadiaannya dengan sejarah Aceh yang selalu kita lihat di Museum Aceh.

Selanjutnya kami melangkah ke bangunan yang berada di dekat Replika Istana Sultan Melaka. Namanya, Porta de Santiago. Ini merupakan puing bangunan yang di depannya terdapat meriam tua, kurang lebih sama dengan yang kita bisa lihat di halaman Gedung Baperis di sebelah kanan Meuligoe (Pendapa) Gubernur Aceh. Bangunan Porta de Santiago ini tersusun dari batu bata merah dan di dalamnya terdapat musisi jalanan serta pelukis jalanan.

Terakhir kami mengunjungi Museum Maritim dengan menempuh jalur pinggir sungai. Museum ini merupakan model kapal semasa zamannya, berfungsi sebagai kapal dagang dan kapal perang.


Di dalam museum ini saya saksikan berbagai macam kandungan sejarahnya. Menarik, salah satu kapal zaman dulu sama persis model fisiknya dengan kapal yang ada di Aceh. Dan itulah yang, antara lain, mereka pajangkan di dalam museum ini. Aceh serasa begitu dekat dengan banyak hal yang sama temukan di Melaka.

Menurut saya, Melaka merupakan destinasi wisata yang wajib dikunjungi apabila orang Aceh sedang berlibur ke Malaysia. Bagi penyuka sejarah Aceh sangat saya sarankan untuk mengunjungi Melaka karena masih banyak bangunan yang bergaya kolonial di sini yang hampir serupa dengan yang Aceh.

Negeri ini memiliki bendera sendiri, seperti negeri-negeri lain dalam “daulah” Malaysia. Ini merupakan salah satu bentuk kedaulatan rakyat Melaka secara otonom yang entah kapan menjelma di Aceh

[Artikel ini pernah dimuat di Kolom Citizen Reporter Harian Serambi Indonesia : http://aceh.tribunnews.com/2015/08/16/di-melaka-aceh-serasa-begitu-dekat?page=3 ]

Harian Cetak Serambi Indonesia, Aceh
16 Agustus 2015

Email Penulis : teungku.helmi@gmail.com

13 Bendera Menyambut HUT Kemerdekaan

Teungku Helmi [Ketua Himpunan
 Mahasiswa Peukan Bada]

Persiapan  menyambut hari kemerdekaan menjadi sangat penting bagi setiap Negera, ini merupakan sebuah kedaulatan rakyat setelah dijajah oleh masa kolonial, begitu pun juga Indonesia. Yang berbeda saya rasakan kali ini ketika menyambut persiapan HUT kemerdekaan Negera Malaysia, yang setiap tahunnya mereka peringati pada tanggal 31 Agustus.

Setelah beberapa hari saya berada di Negeri Melaka, Saya pindah menuju negeri yang baru. Negeri  yang akan saya pelajari akan banyak hal yaitu  Negeri Selangor & Kuala Lumpur. Di Malaysia Negeri itu adalah  Provinsi kalau di Indonesia, yang mana wilayah provinsi sama besar seperti di Indonesia namun Malaysia hanya memiliki  13 Provinsi yang begitu berdaulat, Makmur dan Sejahtera.

Sejarah terbentuk Malaysia adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara. Negara Malaysia berbentuk federasi dari 13 Negara bagian atau dalam bahasa Malaysia disebut negeri terdiri dari  Negeri Johor, Kedah, Kelantan, Melaka, Sembilan, Pahang, Perak, Perlis, pulau Pinang, Kuala Lumpur, Selangor, Terengganu, Sabah, dan serawak.

Hari ini terasa berbeda bagi saya, dikarenakan dari setiap negeri yang saya lewati, ada saja hal menarik untuk dilihat dan di pelajari , saya yang ditemani oleh dua orang teman putra daerah setempat, mereka menceritakan banyak tentang Malaysia baik itu tentang sejarah, Budaya maupun pendidikan.  Terutama tentang bertebarannya bendera-bendera di setiap Negeri Malaysia yang rupanya merupakan momentum penyambutan Kemerdekaan di Negera Malaysia pada  setiap hampir mendekati peringatan Kemerdekaaan Negara Malaysia.

Pada bulan Agustus Indonesia dan Malaysia sama-sama memperingati Ulang tahun, Indonesia jatuh pada setiap 17 Agustus  untuk yang ke 70 tahun sedangkan Malaysia setiap 31 Agustus yang tahun ini juga jatuh ke 58 tahun Malaysia Merdeka. Menariknya  di Negara ini karena banyak bendera-bendera di Malaysia dengan bentuk yang berbeda-beda. Disamping berkibarnya Bendera Nasional Malaysia, ada bendera bentuk lain disampingnya  juga berkibar, setiap beberapa negeri saya lewati juga menemukan hal yang sama dengan Bendera Nasional dan disampingnya juga berndera berbeda lagi.

Semakin penasarannya saya, Akhirnya teman-teman saya menceritakan bahwa didalam negera memang  ada bendera lain  yang dimiliki oleh masing-masing 13 Provinsi di Malaysia. Dan setiap memperingati hari-hari penting di disetiap Negeri, maka akan ada dua bedera yang akan dinaikkan yaitu bendera Nasional Malaysia dan Bendera Negeri, begitu juga di sekitar jalan, Perkarangan rumah, dan Perkoataan maupun dipusat pembelanjaan. Setiap ada bendera akan ada dua bendera yang berkibar. Penyambutan Hut Kemerdekaan adalah puncaknya bendera-bendera berkibar diseluruh Negeri.  Masyarakat malaysia sangat semangat menyambut ulang tahun Kemerdekaan Negaranya salah satunya adalah berkibarnya bendera-bendera di seluruh pelosok Malaysia. Disini juga harga bendera begitu murah meriah di jual kepada kepada Masyarakat umum.

Ini merupakan kesempatan yang sangat berharga yang perlu dikeahui, ketika Indonesia hari ini masih mempersoalkan bendera terutama bendera Provinsi Aceh, yang tentunya Aceh juga Negara Bagian dari Negara Republik Indonesia, namun hanya memiliki Kewenangan Khusus yaitu hasil Kesepakatan MoU Helsinki dan Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA). Seharusnya tidak perlu diperpanjangkan lagi karena bendera adalah sebagai symbol semangat bernegera dalam Negara layaknya seperti Negeri-Negeri di Malaysia. Saya pikir Aceh masih banyak tugas penting lain mesti  harus kita bangun baik dari segi infrastrukur maupun non-infrastrukur. Saya selaku putra Asli Aceh menyarankan bahwa kita harus belajar  dari Pengalaman Negara Lain salah satunya adalah Malaysia.

Email Penulis : teungku.helmi@gmail.com